Pewarnaan Fungi
MIKROBIOLOGI & PARASITOLOGI
PEWARNAAN FUNGI
Disusun oleh :
SARI SURYA GUMA SRI (F0I020056)
DOSEN PENGAMPU:
Apt. Suci Rahmawati, M.Farm
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
I.Tujuan
Untuk mengetahui pewarnaan jamur baik melalui sampel air ataupun sayur
II. Landasan Teori
Mikroorganisme dapat dilihat dengan mikroskop biasa, tanpa diwarnai;yakni dengan cara-cara khusus. Cara tersebut misaInya dengan cara tetes bergantung, menggunakan kondensor medan gelap, dan lainnya. Tetapi pengamatan yangdemikian (tanpa pewarnaan) lebih sulit dan tidak dapat dipakaiuntuk melihat bagian-bagian sell dengan seksama. Hal ini karena umumnya selmikroorganisme bersifat transparan atau semi transparan (Waluyo, 2010)
Fungi atau jamur merupakan salah satu jenis mikroba yang memiliki habitat ditempat yang lembab. Fungi memiliki dinding sel yang tersusun atas kitin. Proses reproduksi yang dimiliki oleh fungi dapat terjadi seksual dan aseksual. Fungi memiliki badan berfilamen pada fase pertumbuhannya yang biasanya dikenal sebagai hifa. (Gillen, 2007)
Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotroph. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetative ada juga dengan cara generative. (Buchanan, 2003)
Jamur pada umumnya adalah jasad yang berbentuk benang, multiseluler, tidak berkhlorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam jaringan. Ada pula yang hanya terdiri dari satu sel. Struktur jamur. Walaupun jamur dapat dilihat, namun masing-masing sel adalah mikroskopik. Jamur tersusun atas benang-benang sel yang disebut hifa. Jika jamur tumbuh, hifa saling membelit untuk membentuk massa benang yang disebut miselium yang cukup besar untuk dilihat dengan mata (Lim, 2006).
Secara umum terdapat dua jenis pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana dan pewarnaandiferensial yang sering digunakan untuk mengobservasi mikroorganisme.Pewarnaansederhana menggunakan satu jenis pewarna dan akan menunjukkan bentuk sel dansusunannya. Sebagai contoh, kristal violet, methlene blue, safranin dan carbolfuchsinsering digunakan untuk pewarnaan sederhana. pewarnaan diferensial menggunakan duaatau lebih pewarna dan dapat digunakan untuk membedakan dua jenis organisme berbeda atau dua bagian dalam satu organisme (Sumbali, 2009)
Pewarnaan sederhana, pewarnaan sederhana menggunakan air atau larutan alkohol sebagai pewarna dasarnya pada konsentrasi rendah (1-2%). Pewarna diterapkan pada preparat dalam beberapa lama mulai dari beberapa detik hingga beberapa menit kemudian dibilas. Kadang-kadang substansi kemikal ditambahkan kedalam larutan agar pewarnaan lebih jelas. Seperti tambahan mordant. Sebelum pemeriksaan mikroskopik, preparatdibilas kembali untuk menghilangkan mordan kemudian dikeringkan dengan carameletakkan kertas hisap di atasnya. Pewarnaan sederhana mudah dilakukan dan dapatmemberi warna pada seluruh mikroorganisme, bentuknya, ukuran, maupun susunannyasehingga dapat terlihat dengan jelas. Pewarnaan sederhana juga dapat digunakan untukmembedakan sel bakterial dengan benda mati dan untuk menunjukkan kehadiran sporabakteri lain. (Sumbali, 2009)
Pewarnaan negatif atau tidak langsung teknik pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan dengan mikroskop cahaya. Bakteriakan bercampur dengan pewarna asam seperti nigrosin atau Congo merah. Campuran iniakan menyebar ke dalam preparat. Pewarna asam memiliki muatan kromofor negatif yangakan menjadikan mikroorganisme negatif bergabung dengan warna dasar. (Sumbali, 2009)
Pewarnaan negatif , teknik pewarnaan ini digunakan untuk mengobservasi kapsul, gelatin pada virulen selbakterial. Pewarnaan kapsul sulit dilakukan, karena unsur-unsur pokoknya larut dalam airdan dapat luntur ketika dibilas. Untuk mengetahui adanya kapsul, bakteria dicampurdengan pewarna asa, seperti nigrosin, dan disebarkan pada kaca benda. Setelah diangin-anginkan, bakteri akan tampak transparan dan warna biru gelap mengelilingi kapsul. Kapsul tidak dapat diwarnai dengan pewarna biologic seperti safranin. (Sumbali, 2009)
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana ini merupakan pewarnaan yang paling sering digunakan untuk mengetahui warna bakteri. Berbagai macam tipe morfologi bakteri dapat dibedakan dengan menggunakan pewarnaan yang sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya dengan menggunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri akan mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana. Ini disebabkan karena sitoplasmanya bersifat basofilik atau suka akan basa. Sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana, biasanya memiliki sifat alkalin atau komponen kromoforiknya bermuatan positif. Menurut (Dwidjoseputro, 1994) Pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan, antara lain:
1. Pewarnaan Asam
Pewarnaan asam ini merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan positif ini adalah metilen biru dan air fuchsin (Dwidjoseputro, 1994).
2. Pewarnaan Basa
Pewarnaan basa atau pewarnaan negatif adalah metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri namun mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme akan kelihatan transparan. Teknik pewarnaan basa ini memiliki kegunaan untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Di dalam melakukan metode pewarnaan ini menggunakan tinta cina (Dwidjoseputro, 1994).
b. Pewarnaan Differensial
Dibagi Pewarnaan Gram Dan Pewarnaan Tahan Asam. Pewarnaan differensial merupakan pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai berikut:
1. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, pengelompokkan ini didasarkan pada sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode pewarnaan ini diberi nama berdasarkan penemunya, Denmark Hans Christian Gram (18531938). Dia yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
2. Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini merupakan pewarnaan yang ditujukan untuk bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkannya sukar menyerap zat warna.Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis. Cara Ziehl-Neelsen adalah cara pewarnaan tahan asam paling banyak digunakan. (Anonymous,2009)
c. Pewarnaan Spora
Spora bakteri atau endospora tidak dapat diwarnai dengan teknik pewarnaan biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein merupakan pewarnaan spora yang paling banyak dan sering digunakan. Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan endspora, perlu dilakukan pemanasan agar cat malachite hijau bisa masuk ke dalam spora , seperti halnya pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat carbol fuschsin harus dipanaskan untuk bisa menembus lapisan lilin asam mycolic dari Mycobacterium .
d. Pewarnaan Flagel
Pewarnaan flagel ini merupakan pewarnaan dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
e. Pewarnaan Kapsul
Pewarnaan ini merupakan pewarnaan menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga bisa memberi warna pada latar belakang, yakni berwana biru gelap.
III.ALAT DAN BAHAN
A. Alat
· Mikroskop
· Object glass
· Cover glass
Jarum ose
· Pembakaran Bunsen
· Pipet tetes
Cawan petri
B. Bahan
Jamur dari sampel air
Jamur dari sampel sayur
Methyline blue
Gentian violet
Alkohol 96 %
IV.PROSEDUR KERJA
4.1 Prosedur kerja pewarnaan jamur dengan sampel air menggunakan methylene blue
1. Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose bewarna merah
2. tunggu sebentar lalu ambil jamur di dalam cawan petri.buka sedikit saja menggunakan jarum ose lalu di letakkan di atas objek glass
3. setelah itu tetesi dengan methylene blue sebanyak 1-2 tetes
4. Tutup dengan cover glass lalu amati di bawah mikroskop
4.2 Prosedur kerja pewarnaan jamur dengan sampel air menggunakan gentian violet
1. Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose bewarna merah
2. tunggu sebentar lalu ambil jamur di dalam cawan petri.buka sedikit saja menggunakan jarum ose lalu di letakkan di atas objek glass
3. setelah itu tetesi dengan gentian violet sebanyak 1-2 tetes
4. Tutup dengan cover glass lalu amati di bawah mikroskop
4.3 Prosedur kerja pewarnaan jamur dengan sampel jamur menggunakan methylene blue
1. Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose bewarna merah
2. tunggu sebentar lalu ambil jamur di dalam cawan petri.buka sedikit saja menggunakan jarum ose lalu di letakkan di atas objek glass
3. setelah itu tetesi dengan methylene blue sebanyak 1-2 tetes
4. Tutup dengan cover glass lalu amati di bawah mikroskop
4.4 Prosedur kerja pewarnaan jamur dengan sampel sayur menggunakan methylene blue
1. Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose bewarna merah
2. tunggu sebentar lalu ambil jamur di dalam cawan petri.buka sedikit saja menggunakan batang ose lalu di letakkan di atas objek glass
3. setelah itu tetesi dengan methylene blue sebanyak 1-2 tetes
4. Tutup dengan cover glass lalu amati di bawah mikroskop
V.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
GAMBAR
KETERANGAN
Pewarnaan Jamur Dengan Sampel Air Menggunakan gentian violet
Pewarnaan Jamur Dengan Sampel Air Menggunakan Methylene Blue
Pewarnaan Jamur Dengan Sampel Sayur Menggunakan Methylene Blue
Pewarnaan Jamur Dengan Sampel Sayur Menggunakan gentian violet
B. Pembahasan
Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil. Dalam klasifikasi system tiga kingdom, jamur ( fungi ) dikelompokkan sendiri terlepas dari kelompok plantae ( tumbuhan ) karena jamur tidak berfotosintesis dan dinding selnya bukan dari selulosa. Jamur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi, badan hewan, makanan, dibangunan, bahkan pada tubuh manusia. Jamur dapat tumbuh dan berkembang pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi. Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000 jenis jamur. Dari jumlah tersebut dalam kehidupan memiliki peran masing masing dihabitatnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung bagi manusia
Ciri ciri jamur, organisme yang termasuk dalam kelompok jamur, anggotanya mempunyai cirri cirri umum yaitu uniseluler atau bersel satu atau multi seluler ( benang benang halus ), tubuhnya tersusun atas hifa ( jalinan benang benang halus ), eukariotik( mempunyai membrane inti ), tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara saprofit, parasit dan simbiosis, dinding selnya tersusun atas zat kitin, cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein, pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, dimana makanan sebelum diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim ekstraseluler yang dikeluarkan dari hifa jamur, memiliki keturunan yang bersifat haploid lebih singkat, reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual dengan membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara memutuskan benang hifa ( fragmentasi ), zoospore, endospora, dan konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak berfilamen.
Proses pewarnaan gram pada fungi dapat digunakan untuk mendeteksi komposisi penyusun fungi berdasarkan reaksi gram yang terjadi dalam bentuk perbedaan warna. Menurut pewarnaan gram, fungi yang termasuk dalam yeast termasuk dalam gram positif, sementara fungi yang memiliki hifa atau mold termasuk dalam gram negatif. Hal tersebut dapat terjadi akibat perbedaan ketebalan dinding sel kedua jenis fungi. Dinding sel yeast yang tebal mengikat erat pewarna crystal violet - iodine dan menahannya agar tidak dapat keluar pada saat proses decolorization Karena waktu yang digunakan decolorization tidak cukup lama untuk memberikan crystal violet - iodine kesempatan keluar dari dinding sel yang tebal. Hal tersebut menyebabkan yeast akan terwarnai menjadi ungu setelah pewarnaan gram dan dapat dikatakan sebagai gram positif. Namun, hal tersebut belum bisa dipastikan karena tidak ada peran reaksi kimiawi yang terjadi di dalam sel yeast (Mohan, 2009).
Hifa pada mold memiliki dinding sel yang lebih tebal dibandingkan dengan yeast, namun dalam pewarnaan gram, mold disebut sebagai gram negative karena terwarnai oleh safranin. Hal tersebut disebabkan karena pewarna utama gram yaitu crystal violet tidak dapat menembus dinding sel mold sehingga pewarna yang masuk hanya iodine. Padahal, iodine tidak cukup kuat tanpa pewarna crystal violet. Pada proses decolorization, larutan decolorization dapat merusak dinding sel yang tebal pada mold sehingga safranin dapat masuk dan hasilnya hifa akan berwarna merah muda dan disebut sebagai gram positif (Mohan, 2009).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Fungi atau jamur merupakan salah satu jenis mikroba yang memiliki habitat ditempat yang lembab. Fungi memiliki dinding sel yang tersusun atas kitin. Proses reproduksi yang dimiliki oleh fungi dapat terjadi seksual dan aseksual. Fungi memiliki badan berfilamen pada fase pertumbuhannya yang biasanya dikenal sebagai hifa
Pewarnaan jamur dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada gram positif berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbadaan terjadi pada dinding selnya. Macam-macam pewarnaan anatara lain : pewarnaan sederhana,pewarnaan differensial, pewarnaan spora dan perwarnaan kapsul.
B. Saran
Sebaiknya praktikan melakukan praktikum dengan teliti agar mencegah kesalahan dalam praktikum dan juga praktikan harus lebih berhati-hati dalam pengambilan sampel jamur. Dan selalu jaga kebersihan dan kesterilan didalam laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga
Lay, Bibiana.W.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali
Simarmata, Diana. 2013. Laporan Pewarnaan Gram dan Pewarnaan
Kusnadi, dkk., 2003, Mikrobiologi, UMY Pres: Yogyakarta.
Fathir, dkk. 2009. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Komentar
Posting Komentar