PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
NAMA : SARI SURYA GUMA SRI
NPM : F0I020056
KELAS : 1B
NAMA DOSEN : SUCI RAHMAWATI, M.Farm, Apt.
PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
I.Tujuan
Mahasiswa melakukan uji untuk mengetahui pengaruh lingkungan pada bakteri
II.Landasan Teori
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad berseltunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkanpertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel banyak(multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya (Suharjono,2006).
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhioleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkanperubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selainmenyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktorlingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanyabervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yangberbeda – beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, diperlukansuatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Hafsah, 2009).
FASE-FASE PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
Ada 4 fase kurva pertumbuhan mikroorganisme, yaitu
FASE LAG/ADAPTASI.
Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mulamula akan mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:
1. Medium dan lingkungan pertumbuhan Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang tersedia dan kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.
2. Jumlah inokulum Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi. Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya:
kultur dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nuriennya terbatas.
mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan komposisi sama seperti sebelumnya
FASE LOG/PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL. Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan : 1 Nutrien di dalam medium sudah berkurang. 2 Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
FASE STATIONER. Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.
FASE KEMATIAN.
Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian karena beberapa sebab yaitu: 1 Nutrien di dalam medium sudah habis. 2 Energi cadangan di dalam sel habis. Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba.
KECEPATAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME DAN WAKTU LIPAT DUA
Pengetahuan mengenai kecepatan pertumbuhan bersifat penting dalam menentukan keadaan atau status kultur sebagai kesatuan. Kecepatan pertumbuhan (µ ) : 0 0 2,303(log log ) t t n n ( ( ( ( n0 = jumlah sel / ml awal n = jumlah sel / ml setelah waktu t t0 = waktu awal t = waktu akhir Waktu generasi (tg) : Waktu yang dibutuhkan oleh suatu kultur untuk memperbanyak jumlah / massa / komponen sel sebanyak 2x lipat, disebut juga waktu lipat dua ( 0,693 tg ( Frekuensi waktu generasi untuk berbagai mikroorganisme, dapat dilihat pada gambar di bawah ini . 45 90 180 360 Bakteri Khamir Kapang Protozoa Waktu (menit)
MACAM-MACAM METODE PENGUKURAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan menjadi metode langsung dan tidak langsung. Contoh metode langsung hitungan mikroskopik (menggunakan hemositometer), digunakan untuk mengukur pertumbuhan bakteri pada susu / vaksin dan hitungan cawan digunakan untuk mengukur pertumbuhan bakteri susu, air, makanan, tanah, dan lain-lain. Contoh metode tidak langsung adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan kekeruhan, bila suspensi biakan cair & homogen 2. Berdasarkan berat kering sel, bila suspensi biakan kental & tidak homogen 3. Berdasarkan kadar nitrogen, bila suspensi biakan kental & tidak homogen 4. Berdasarkan aktivitas biokimia, menggunakan uji mikrobiologis Hitungan mikroskopik menggunakan ruang penghitung hemositometer mempunyai kelebihan cepat dalam pengerjaannya, tetapi mempunyai beberapa kekurangannya, yaitu : tingkat kesalahan tinggi, sel mati bisa terhitung, sel ukuran kecil sulit teramati. Metode ini tidak sesuai untuk sel yang densitasnya rendah. Hitungan cawan dapat dilakukan dengan metode :
1. Cawan sebar (spread plate method)
2. Cawan tuang (pour plate method) Penerapan metode cawan tuang, terlebih dahulu dilakukan : 1. Satu seri pengenceran terhadap sampel 2. Ambil pengenceran tertentu Metode tidak langsung melalui kekeruhan/turbiditasdengan melihat massa sel. Metode ini menggunakan alat : spektrofotometer. Dengan alat ini dapat ditentukan nilai absorbansi (a) atau kerapatan optik (od=optikal density). Sebelumnya perlu dibuat kurva baku untuk mengetahui jumlah sel. Kelebihan : cepat, mudah, tidak merusak sample Kekurangan : sel hidup dan sel mati tidak terukur Metode tidak langsung melalui berat kering sel, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Menyaring/sentrifugasi massa sel 2. Mencuci dengan aquadest/buffer 3. Dikeringkan dalam oven, bila suhu 800C memerlukan waktu 24 jam atau 1100C selama 8 jam 4. Kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat kering sel.
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
Setiap mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda terhadap faktor lingkungan (suhu, pH, O, salinitas, dsb.) Suhu, tinggi rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat tumbuh dalam rentang suhu minus 50C sampai 800C, tetapi bagaimanapun juga setiap species mempunyai rentang suhu yang pendek yang ditentukan oleh sensitifitas sistem enzimnya terhadap panas. Bakteri dapat dikelompokkan berdasarkan pada kisaran suhu pertumbuhannya, yaitu :
1. Psikrofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 0 0C sampai 20 0C. Suhu optimumnya sekitar 150C. Karakteristik istimewa dari semua bakteri psikrofil adalah akan tumbuh pada suhu 0 – 5 0C.
2. Mesofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 20 0C sampai 450C. karakteristik istimewa dari semua bakteri mesofil adalah kemampuannya untuk tumbuh pada suhu tubuh (37 0C) dan tidak dapat tumbuh pada suhu di atas 45 0C. Bakteri mesofil dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
Yang mempunyai suhu pertumbuhan optimum 20 – 300C, termasuk tumbuhan saprofit.
Yang mempunyai suhu pertumbuhan optimum 35 – 400C, termasuk organisme yang tumbuh baik pada tubuh inang berdarah panas.
3. Termofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 35 0C atau lebih. Bakteri termofil dapat dibedakan menjadi dua kelompok :
a. Fakultatif termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu 37 0C, dengan suhu pertumbuhan optimum 45 – 60 0C.
b. Obligat termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu di atas suhu 50 0C, dengan suhu pertumbuhan optimum di atas 60 0C. Perubahan suhu dapat mempengaruhi :
1. Pertumbuhan : miskin, banyak, atau mati
2. Perubahan karakteristik :
pembentukan pigmen, misalnya Serratia marcescens, pada suhu kamar merah, suhu lebih tinggi atau rendah dari suhu kamar, pigmen merah hilang. Produksi selulosa Acetobacter xylinum pada suhu lebih tinggi dari suhu kamar akan menurun. Derajat keasaman (pH), pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak kalah pentingnya dari pengaruh temperatur. Ada pH minimum, pH optimum, dan pH maksimum. Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri antara 4 – 9 dengan pH optimum 6,5 – 7,5. Jamur lebih menyukai pH asam, rentang pH pertumbuhan jamur dari 1 – 9 dan pH optimumnya 4 – 6. Selama pertumbuhan pH dapat berubah, naik atau turun, bergantung kepada komposisi medium yang diuraikan. Bila ingin pH konstan selama pertumbuhan harus diberikan larutan penyangga atau buffer yang sesuai dengan media dan jenis mikroorganisme. Kebutuhan oksigen, oksigen tidak mutlak diperlukan mikroorganisme karena ada juga kelompok yang tidak memerlukan oksigen bahkan oksigen merupakan racun bagi pertumbuhan. Mikroorganisme terbagi atas empat kelompok berdasarkan kebutuhan akan organisme, yaitu mikroorganisme aerob yang memerlukan oksigen sebagai akseptor elektron dalam proses respirasi. Mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan O2 karena oksigen akan membentuk H2O2 yang bersifat toksik dan meyebabkan kematian. Mikroorganisme anaerob tidak memiliki enzim katalase yang dapat menguraikan H2O2 menjadi air dan oksigen. Mikroorganisme fakultatif anaerob adalah mikroorganisme yang tetap tumbuh dalam lingkungan kelompok fakultatif anaerob. Mikroorganisme mikroaerofilik adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen dalam jumlah terbatas karena jumlah oksigen yang berlebih akan menghambat kerja enzim oksidatif dan menimbulkan kematian. Salinitas, berdasarkan kebutuhan garam (NaCl) mikroorganisme dapat dikelompokkan menjadi : 1. Non halofil 2. Halotoleran 3. Halofil (NaCl 10-15%) 4. Halofil ekstrim
KONTROL TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membunuh mikroorganisme, atau menghambat pertumbuhannya. Kontrol terhadap pertumbuhan dapat dilakukan secara :
Fisik
Secara fisik, menggunakan uap air panas dan tekanan tinggi, diperoleh panas lembab, efektif dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan otoklaf memerlukan suhu 1210C, tekanan 15 psi/1,5 kg/cm2, selama 15 menit. Sterilisasi fisik dapat juga dengan panas kering menggunakan oven1600C, 2 jam. Sterilisasi dengan oven untuk alat-alat gelas dan bahan yang tidak tembus air
Kimia
Secara kimia, menggunakan senyawa kimia untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme , contoh : HgCl (0,1%), menyebabkan koagulasi protein NaOCl Cl2 + H2 O ( HCl + HOCl (asam hipoklorit, menyebabkan klorinasi protein sel) HOCl ( HCl+ + O n (daya oksidasi kuat) Senyawa kimia yang dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme, dapat dibedakan memjadi antiseptic, desinfektan, dan bahan kemoterapetik/antibiotic. Antiseptik : substansi kimia yang digunakan pada jaringan hidup yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisma. Desinfektan:substansi kimia yang dapat menghambat pertumbuhan sel vegetatif pada materi yang tidak hidup. Bahan kemoterapetik :substansi kimia yang dapat merusak/menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan hidup, dihasilkan oleh mikroorganisme.
Biologi
Secara mekanik, untuk bahan yang mudah rusak karena pemanasan, misalnya vitamin, enzim, serum, antibiotik. Contoh : filtrasi, menggunakan filter berupa membran dengan tebal tertentu, terbuat dari asbes, diatom, porselen, kaca berpori, selulosa. membran selulosa : diameter pori 0,01-10 µm Bahan/zat yang tidak dapat dipanaskan pada suhu lebih dari 1000C, dapat dilakukan pasteurisasi dan tindalisasi. Pasteurisasi memerlukan pemanasan 63- 730C, digunakan untuk pengawetan air, susu, bir, anggur. Pasteurisasi dapat membunuh mikroorganisme pathogen (Mycobacterium, Salmonella, Coxiella) dan beberapa mikroorganisme normal. Pelaksanaan pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara : LTH = low temperatur holding, menggunakan suhu 63 0C , selama 30 menit HTST = high temperatur short time, menggunakan suhu 72 0C, selama 15 detik Tindalisasi adalah pemanasan dengan suhu 80-1000C, selama 30 menit, 3 hari berturut-turut. Pelaksanaan tindalisasi melalui tahapan sebagai berikut : 1. Tindalisasi
1: sel vegetatif mati, kemudian diinkubasi, spora berkecambah menjadi sel vegetatif.
2. Tindalisasi 2: sel vegetatif mati, spora yang tersisa berkecambah menjadi sel vegetatif.
3. Tindalisasi 3: semua sel mati.
SYARAT IDEAL MEMILIH SENYAWA ANTIMIKROBA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ANTIMIKROBA
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan kimia sebagai senyawa antimikroba adalah sebagai berikut :
Memiliki kemampuan untuk mematikan mikroorganisme dalam konsentrasi rendah pada spectrum luas, sehingga dapat membunuh berbagai mikroorganisme.
Bisa larut dalam air atau pelarut lain sampai taraf yang diperlukan secara efektif.
Memiliki stabilitas tinggi, jika dibiarkan dalam waktu relatif lama tidak kehilangan sifat antimikrobanya.
Bersifat letal bagi mikroorganisme, tetapi aman bagi manusia maupun hewan.
Bersifat homogen, sehingga komposisi selalu sama untuk setiap aplikasi dosis takaran.
Senyawa tersedia dalam jumlah besar dengan harga yang pantas.
Sifat bahan harus serasi.
Dapat menentukan tipe mikroorganisme yang akan dibasmi.
Aman terhadap lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja antimikroba adalah sebagai berikut :
Konsentrasi bahan, setiap mikroorganisme memerlukan konsentrasi yang berbeda untuk senyawa antimikroba yang sama dalam menghambat atau membunuh.
Waktu, setiap mikroorganisme memerlukan waktu yang berbeda-beda ketika dipaparkan terhadap suatu senyawa antimikroba untuk dapat menghambatatau mematikan.
pH. Konsentrasi ion hydrogen mempengaruhi peranan bakterisida dengan cara mempengaruhi organisme dan bahan kimia dalam bakterisida tersebut.
Temperatur. Pembunuhan bakteri oleh bahan kimia akan meningkat dengan suatu peningkatan temperature.
Sifat organisme. Kemampuan suatu bahan tertentu bergantung pada komponen organisme yang diuji dengan bahan tersebut.
Usia mikroorganisme. Tingkat kerentanan mikroorganisme sangat ditentukan oleh umur biakan mikroorganisme.
Bahan ekstra. Adanya bahan organic seperti serum, darah atau nanah mempengaruhi aktivitas beberapa senyawa antimikroba.
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri sangat penting didalam mengendalikan bakteri. Berikut ini factor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri :
a. Zat Makanan
Sebagian besar bakteri yang hidup bebas dapat tumbuh baik pada ekstrak ragi, bakteri parasit membutuhkan zat-zat khusus yang hanya
terdapat dalam darah atau dalam ekstrak jaringan hewan. Banyak organisme, satu senyawa seperti asam amino dapat menjadi sumber energi, sumber karbon dan sumber nitrogen. Zat makanan yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri harus mengandung sumber karbon, sumber nitrogen, mineral dan faktor pertumbuhan yang meliputi asam amino, purin, pirimidin dan vitamin. (Jawetz, et al,2008).
b. Derajad Keasaman Lingkungan (pH)
pH pembenihan juga mempengaruhi pertumbuhan kuman dalam membantu metabolisme bakteri. Bakteri tumbuh subur pada kisaran pH 6,5 – 7,5 (Rodwell, 2009). Sedangkan sistem yang mencerminkan luas rentang pH ditunjukkan oleh berbagai bakteri, diantaranya:
1) Asidofil memiliki nilai rentang pH 6,5 – 7,0.
2) Mesofil memiliki nilai rentang pH 7,5 – 8,0.
3) Alkalofil memiliki nilai rentang pH 8,4 – 9,0
ini terutama dijumpai pada bakteri yang bersifat fermentative yang menghasilkan sejumlah besar asam-asam organic yang bersifat menghambat ( Suharto dkk, 2010).
c. Suhu
Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan bakteri. Apabila suhu tidak sesuai dengan kebutuhan bakteri, maka akan menyebabkan kerusakan sel (Waluyo, 2009). Spesies bakteri yang berbeda membutuhkan suhu optimal yang amat beragam untuk pertumbuhannya. Suhu optimal merupakan pencerminan lingkungan normal bakteri tersebut, sehingga bakteri patogen bagi manusia biasanya tumbuh optimal pada suhu 37o C (Jawetz, 2008 ). Rekomendasi suhu yang dikembangkan oleh ASHRAE dan AIA menetapkan bahwa suhu desain untuk ruang perawatan pasien di rumah sakit dan fasilitas rawat jalan antara 20oC – 24oC. Rentang suhu ini konsisten dengan penggunaan lampu merkuri bertekanan rendah optimal yang dihunakan pada sistem Ultraviolet Germicidal Irradiation (UVGI). Pada penelitian ini suhu dapat dikendalikan dengan menggunakan Air Conditioner (AC) (NIOSH, 2009).
d. Kelembaban
Ruangan dengan kelembaban diatas 75%, akan menyebabkan berkembangnya bakteri sedangkan udara yang sangat kering dapat membunuh bakteri atau menyebabkan pemberhentian kegiatan metabolisme bakteri( Fitria,dkk, 2008). Rekomendasi American Society of Heating, Refrigerating, and Air Conditioning Engineers (ASHRAE) kelembaban yang berpengaruh pada ruangan di rumah sakit berkisar antara 30% - 60%. Jika kondisi kelembaban udara tinggi, diperlukan lampu UV dengan radiasi yang lebih tinggi dari biasanya (NIOSH, 2009).
e. Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk proses respirasi bakteri. Bakteri diklaasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan kebutuhan oksigennya, yaitu :
1) Aerob yaitu bakteri yang memerlukan oksigen untuk hidupnya.
2) Anaerob yaitu bakteri yang tidak dapat hidup apabila ada oksigen.
3) Anaerob Fakultatif yaitu bakteri yang mampu tumbuh dalam lingkungan dengan atau tanpa oksigen (Waluyo, 2009)
f. Pencahayaan
a. Cahaya dalam ruangan dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Misnadiarly dan Husjain, 2014). Sinar yang nampak oleh manusia yaitu dengan panjang gelombang antara 390 nm – 760 nm, akan tetapi sinar ini tidak berbahaya bagi bakteri ( Waluyo, 2007). Paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet dengan panjanggelombang 240 nm – 300 nm yang dapat berakibat fatal bagi bakteri(Pommerville, 2007). Bakteri akan mengalami radiasi yangberdampak pada kelainan dan kematian sel (Sherieve, 2011). Fotoreaktivasi adalah proses dimana cahaya tampak mengaktifkan enzim yang memotong dimer-dimer timin, sedangkan enzim lain, DNA polimerasi mengganti dimer timin dengan molekul timin individual, jadi memugar DNA asli. Karena enzim ini diaktifkan oleh cahaya biasa, sel-sel yang telah mati oleh sinar ultraviolet dapat di fotoreaktivasi atau dihidupkan kembali dengan menghadapkannya pada cahaya biasa ( Volk dan Wheeler, 2003). Cahaya dari luar ruangan baik itu cahaya lampu maupun cahaya matahari tidak dapat dikendalikan pada saat pengambilan sampel udara. Oleh karena itu cahaya tampak dianggap sebagai variabel pengganggu tak terkendali.
g. Tekanan Osmotik
Tekanan osmotic akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmotik lingkungan lebih besar (hiportonis) sel akan mengalami lasmosis. Sebaliknya jika tekanan osmotik lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga mengakibatkan rusaknya sel. Oleh karna itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmotic yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmotik dengan lingkungannya tidak boleh terlalu besar (Jawetz, 2008).
4. Pemeriksaan Jumlah Bakteri di Udara
Sampel udara yang diambil untuk menentukan jumlah bakteri menggunakan peralatan khusus. Peralatan tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bentuk padat ( Solid Impingement Device) dan bentuk cair(Liquid Impingement Device). Pada Solid Impingement Device bakteri dikumpulkan pada permukaan media agar padat. Sedangkan pada Liquid Impingement Device, sampel udara dalam bentuk spray dialirkan langsung dalam suatu media air atau melalui penyaringan terlebih dahulu sebelum dilarutkan kedalam media cair. Campuran media tersebut selanjutnya disebarkan pada plate untuk dibiakkan ( Pasquarella, 2000). Settling Plate merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk analisis mikrobiologi udara. Teknik ini dilakukan dengan memaparkan cawan petri yang berisi suatu media agar yang dibuka sehingga permukaan media agar terpapar udara untuk beberapa waktu. Setelah diinkubasi akan tampak pertumbuhan sejumlah koloni pada caawan petri. Masing-masing koloni menunjukkan satu bakteri yang masuk pada permukaan media agar. Dengan pengulangan settling plate ini ada waktu tertentu dapat digunakan untuk memperoleh suatu dugaan adanya kontaminan udara dan gambaran tentang jenis bakteri ( Pasquarella, 2000). Koloni bakteri dihitung menggunakan metode hitungan cawan. Prinsip metode cawan adalah menumbuhkan sel bakteri pada cawan petri dengan media agar, maka bakteri mampu berkembang dan membentuk koloni (Harti, 2015). Jumlah koloni mikroba yang tumbuh pada media agar dan dapat dihitung berkisar antara kurang dari 300 koloni. Jika jumlah koloni lebih dari 300 koloni maka dapat dicatat dengan terlalu padat untuk dihitung (too numerous to count, TNTC) (Harmita dan Radji, 2008). Syarat perhitungan dengan metode cawan menggunakan standart plate count (SPC) sebagai berikut :
a) Cawan yang dipilih dan dihitung memiliki jumlah koloni 30-300
b) Koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni besar dimana jumlah koloni diragukan dapat dihitung sebagai koloni.
c) Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai satu garis tebaldihitung sebagai satu koloni.
5. Angka Lempeng Total
ALT (Angka lempeng total ) adalah metode untuk menentukan jumlah kuman, tidak membedakan spesiesnya dan bersifat kuantitatif. Uji angka lempeng total (ALT) atau tepatnya ALT aerob mesofil anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang diamati secara visual berupa angka dalam koloni (CFU) per ml/gram atau koloni/100 ml. Cara yang digunakan dengan dengan metode tuang (pour plate) dan metode sebar (spread plate). Prinsip pengujian menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOMN Nomor 96/mik/00) yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan kemudian di inokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujian angka lempeng total (ALT) menggunakan plate count agar (PCA) sebagai media padatnya (BPOMRI, 2008).
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroba, karenabeberapa mikroba tertentu cenderung berkelompok atau berantai. Biladitumbuhkan pada media dan lingkungan yang sesuai, kelompok bakteri ini akan menghasilkan satu koloni. Oleh karena itu, sering digunakan istilah Colony Forming Unit (CFU) untuk menghitung jumlah mikroba hidup (BPOM RI, 2006).Batas penundaan pada pemeriksaan ALT adalah 1- 12 jam (Lay,1994).
6. Sterilisasi Ruangan
Sterilisasi adalah proses (kimia atau fisika) yang digunakan untuk membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme, untuk menghilangkan pencemaran oleh jasad renik baik hidup maupun mati (Lisyastuti, 2010). Ruangan steril adalah kedaan ruangan yang bebas dari semua bentuk kehidupan bakteri yang patogen maupun yang nonpatogen termasuk sporanya. Untuk memperoleh ruangan yang steril dibutuhkancara – cara tertentu di dalam proses pengendaliannya ( Rusli . 2004 ).Pengendalian bakteri sangat penting didalam industri dan produksi pangan, obat-obatan, kosmetika dan lain-lainya. Tujuan utama pada pengendalian mikroorganisme antara lain nencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme yang sering sebagai bakteri kontaminan, mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Bakteri dapat dikendalikan dengan beberapa cara diantaranya adalah:
a) Desinfeksi
Disinfeksi adalah perusakan, penghambatan atau penghapusanmikroba yang dapat menyebabkan penyakit atau masalah lain misalnya seperti pembusukan. Hal ini biasanya dicapai dengan menggunakanbahan kimia (Sulaiman, 2013).
b) Antiseptik
Antiseptik adalah antibakteri yang melawan flora patologis secaramekanis, kimiawi atau gabungan keduanya, dengan tujuan membunuh,menghambat atau menurunkan jumlah mikroorganisme (Hamijaya,2014).
c) Pengendalian mikroba dengan filtrasi Filter udara berefiensi tinggi untuk menyaring udara yang berisikan partikel High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruangan tertutup dengan system aliran udara laminar (Laminar Air Flow) ( Rahayu dkk,2017). Pengendalian mikroba dengan filtrasi ada dua filter, yaitu filterbakteriologis dan filter udara.
1) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll.
2) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara yang berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruangan tertutup dengan system aliran udara laminar (Laminar Air Flow) (Jensen, 1998).
d) Pengendalian mikroba dengan radiasi
Bakteri dapat terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi. Bakteri yang berada di udara atau di dalam ruangan suatu benda yang terpapar sinar ultra violet akan mati (Rahayu dkk, 2017).
7. Sinar
Bakteri tidak dapat berfotosintesis dengan adanya sinar radiasi. Sinar yang lebih pendek gelombangnya yaitu gelombang antara 240 – 300 nm, berbagai macam sinar dalam membunuh bakteri yaitu sinar matahari, sinarx, sinar ultraviolet (Rahayu dkk, 2017).
III.Alat dan Bahan
A.ALAT
1.Bunsen dan spiritus
2.Disenfektan (handsanitaizer)
3.pinset
4.Cawan Petri
5.Kassa steril
6.Tabung reaksi dan Rak
7.Label
B.Bahan
1.Nutrient borth
2.Nutrient agar
IV.Prosedur Kerja
Tuangkan NA kedalam 5 cawan petri tunggu sampai membeku
Panaskan pitset dengan Bunsen lalu ambil logam Dibakar diatas Bunsen kemudian Oleskan logam diatas NA yang di cawan petri tandai (Sampel logam dibakar)
Ambil kassa steril dengan pitset celupkan kedalam nutrient borth Lalu usap ketangan yang tidak di cuci kemudian oleskan diatas NA yang berada di cawan petri tandai (sampel tangan tidak di cuci)
Selanjutnya cuci tangan pakai sabun ambil kasa steril dengan pitset celupkan ke dalam nutrient borth lalu usapkan ke tangan yang sudah dicuci dengan sabun kemudian oles di atas NA yang berada di cawan petri tandai (Sampel tangan dicuci sabun)
Semprot dengan disenfektanambil kassa steril dengan pitset celupkan ke dalam nutrient board lalu usapkan ke tangan yang sudah di semprot dengan nutrient borth kemudian dioleskan diatas NA yang di cawan petri tandai (sampel tangan di semprot disenfektan)
Masukan semua sampel kedalam inkubator dengan posisi terbalik , agar tidak terkontaminasi pada suhu 36-37°C
Inkubasi didalam inkubator selama 1x24 jam
IV. Hasil dan Pembahasan
Hasil
gambar
keterangan
Sampel pada tangan dicuci disinfektan
Sampel pada logam dibakar
Sampel pada logam tidak dibakar
Sampel pada tangan tidak dicuci
Sampel pada tangan dicuci sabun
Pembahasan
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad berseltunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkanpertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel banyak(multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya (Suharjono,2006).
Lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas mikrobia. Perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikrobia. Mikrobia yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mempunyai sifat sangat resisten dengan lingkungan baru. Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor lingkunga tempat hidupnya. Faktor lingkungan tersebut meliputi faktor biotik (adanya asosiasi atau kehidupan bersama antar mikrobia). Faktor abiotik (suhu, kelembaban, pH, tekanan osmosa, sinar gelombang pendek, daya oigodinamik).
Pada hasil praktikum ini didapatkan lima sampel bakteri dimana koloni bakteri tersebut menunjukkan perbedaan. Percobaan ini diuji menggunakan faktor zat kimia dan suhu. Berdasarkan percobaan ini lingkungan berpengaruh pada pertumbuhan bakteri. Terlihat bagaimana perbedaan bentuk koloni bakteri pada cawan
V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas mikrobia. Perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikrobia. Mikrobia yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mempunyai sifat sangat resisten dengan lingkungan baru. Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor lingkunga tempat hidupnya. Faktor lingkungan tersebut meliputi faktor biotik (adanya asosiasi atau kehidupan bersama antar mikrobia). Faktor abiotik (suhu, kelembaban, pH, tekanan osmosa, sinar gelombang pendek, daya oigodinamik).
B. Saran
Sebaiknya praktikan melakukan praktikum dengan teliti dan agar selalu menjaga kebersihan dan kesterilan dalam praktikum
VI.Daftar Pustaka
Hamdiyati, Y. (2011). Pertumbuhan dan pengendalian mikroorganisme II. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Radji, maksum, 2011 “Mikrobiologi” penerbit buku kedokteran :EGC.
Subandi, 2010 “ Mikrobiologi ” PT Remaja Rosdakarya :Bandung
Darkuni. Mikrobiologi Dasar . Malang: Universitas Negeri Malang, 2001.
Hafsah. Mikrobiologi Umum. Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2009
Irianto, koes 2006 “Mikrobiologi” : EGC
Natsir Djide, M, .Drs. 2003. “Bakteriologi” . Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin: Makasar
Komentar
Posting Komentar