STERILISASI ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

 

STERILISASI ALAT  LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


 

 

 


 

 

 

 

            NAMA                       : SARI SURYA GUMA SRI

NPM                          : F0I020056

KELAS                       :  1B

NAMA DOSEN        : SUCI RAHMAWATI, M.Farm, Apt.

           

 

                                                               

 

 

 

 

 

               PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

 

 

 

 

Bab 1

Pendahuluan

 

1.1 .Tujuan praktikum

1. Untuk mengetahui beberapa metode sterilisasi alat dan bahan yang digunakandalam pengamatan mikrobiologis.

2. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal penting yang harus diperhatikansebelum dan sesudah melakukan sterilisasi peralatan.

 

1.2 Landasan teori

    Mikrobiologi merupakan cabang dari biologi pada umumnya. Secara pengertian mikro biologi tidak jauh berbeda dengan biologi itu sendiri, hanya sajakata ‘’mikro’’ yang melekat pada mikrobiologi menimbulkan pengertian terhadaporganisme yang memiliki ukuran kecil atau mikroskopi. Mikroba adalah jasadhidup yang ukurannya kecil sering disebut mikroorganisme atau jasad renik.Pengertian alat dan sterilisasi merupakan hal mendasar yang harus diketahui dandikuasai karena penting dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan mikrobiologiselanjutnya. Obyek yang terbebas dari mikroba disebut dengan steril.

          Sterilisasi sangat diutamakan baik alat-alat yang siap pakai maupun medianya.Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan alat-alat dan bahan- bahan dari segala macam bentuk kehidupan, terutama mikroba, sehinggadalam sterilisasi nanti alat-alat tidak terkontaminasi dengan pihak luar. Olehkarena itu, bagi seorang pemula di bidang mikrobiologi sangat perlu mengenalteknik sterilisasi karena merupakan dasar-dasar kerja dalam laboratoriummikrobiologi. Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam labmikrobiologi. Dalam melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agarsterilisasi dapat dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganismelain yang mengkontaminasi media.

       Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentukkehidupan mikroba, termasuk spora,padapermukaanbendamati.Prosesnyadapat berupa pemanasan, pemberian zat kimia, radiasi, atau  filtrasi (Gruendemann danFernsebner, 2006).

        Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikansemua mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya dikombinasidengan pengemasan hermetis untuk mencegah kontaminasi ulang. Yang dimaksud pengemasan hermetis adalah pengemasan yang sangat rapat, sehingga tidak dapatditembus oleh mikroorganisme, air, ataupun udara (Purnawijayanti, 2001).

       Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada suhu 211 derajat C selama beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan adalah memusnahkan bakteri patogen dan spora bakteri elostridium bolulinum yang berbahaya. Metodesterilisasi yang paling umum dilakukan adalah menggunakan kaleng atau kemasantetra pack (Yuyun dan Gunaisa, 2011).

       Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses denganmetode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yangtidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasicukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan sertakebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya tetap menjagakualitas hasil sterilisasi. Kualitas hasil sterilisasi peralatan medis perlu dijaga terus mengingat risiko kontaminasi kembali saat penyimpanan dan terutama pada saatakan digunakan dalam tindakan medis (Darmadi, 2008).

        Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan cara fisik maupun kimia. Metodefisik didasarkan pada tindakan pemanasan (proses autoclaving, sterilisasi ternalkering atau sterilisasi ternal basah), iradiasi (irradiasi-ƴ), atau pada pemisahan secara mekanis melalui filtrasi. Cara kimia mencakup sterilisasi gas dengan etilenoksida atau gas lainnya dan menyampurkan agens pensteril (misalnyaglutalardehid) pada larutan desinfektan (Pruss,et al., 2002).


 Cara - Cara Sterilisasi Menurut FI.ed.IV.


1. Sterilisasi uap

    Sterilisasi uap dalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah tekanan selama 15  menit  pada  suhu  121 derajat celcius, kecuali  dinyatakan  lain, berlangsung  di  suatu  bejana  yang disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak dilakukan. Sterilisasi  cara  ini  menggunakan  suatu  siklus  autoklaf  yang  ditetapkan  dalam  farmakope  untuk  media  atau  pereaksi  adalah  selama  15  menit  pada  suhu  1210,  kecuali  dinyatakan lain.

     Disebut otoklaf,  yaitu suatu panci logam  yang kuat  dengan tutup  yang berat, mempunyai lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer, pengatur tekanan udara, klep pengaman. Otoklaf  dipanaskan,  ventilasi  dibuka  untuk  membiarkan  udara  keluar.  Pengusiran  udara  pada  otoklaf  berdinding  dua,  uap  air  masuk  dari  bagian  atas  dan  udara  keluar  dari  bagian bawah  yang  dapat  ditunjukkan  pada  gelembung  yang  keluar  dari  ujung  pipa  karet  dalam air. Setelah udara bersih, bahan yang akan disterilkan dimasukkan sebelum air mendidih, tutup otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik sesuai dengan yang dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil. Setelah  sterilisasi  selesai,  otoklaf  dibiarkan  dingin  hingga  tekanannya  sama  dengan tekanan atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding dengan pemanasan basah yang lain, karena suhunya lebih tinggi.

Bahan / alat yang dapat disterilkan :

Alat pembalut, kertas saring, alat gelas ( buret, labu ukur ) dan banyak obat-obat tertentu.

 

2. Sterilisasi panas kering

Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara yang

dipanaskan  dan  disaring.  Rentang  suhu  khas  yang  dapat  diterima  di  dalam  bejana sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15derajat celsius, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250 derajat Celsius.

 

3. Sterilisasi gas

    Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini sebagai alternatif dari sterilisasi termal, jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau panas kering. Proses sterilisasinya berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada otoklaf   dengan   modifikasi   tertentu. Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas inert, tetapi   keburukan   gas   etilen   oksida   ini   adalah   sangat   mudah   terbakar,   bersifat mutagenik,  kemungkinan  meninggalkan  residu  toksik  di  dalam  bahan  yang  disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida. Salah   satu keterbatasan   utama   dari   proses sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari produk yang disterilkan.

 

4.Sterilisasi denga radiasi ion

    Ada  dua  jenis  radiasi  ion  yang  digunakan  yaitu disintegrasi  radioaktif dariradioisotop (radiasi   gamma)   dan radiasi   berkas   elektron.   Pada   kedua   jenis   ini,   dosis   yang menghasilkan  derajat  jaminan  sterilitas  yang  diperlukan  harus  ditetapkan  sedemikian rupa  hingga  dalam  rentang  satuan  dosisminimum  dan  maksimum,  sifat  bahan  yang disterilkan dapat diterima. Walaupun berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad)  radiasi  yang  diserap,  tetapi  dalam  beberapa  hal,  diinginkan  dan  dapat diterima penggunaan  dosis  yang  lebih  rendah  untuk  peralatan,  bahan  obat  dan  bentuk  sediaan akhir. Cara  ini  dilakukan  jika  bahan  yang  disterilkan  tidak  tahan  terhadap  sterilisasi  panas dan   khawatir   tentang   keamanan   etilen   oksida. Keunggulan   sterilisasi   ini adalah reaktivitas   kimia   rendah,   residu   rendah   yangdapat   diukur   serta   variabel   yang dikendalikan lebih sedikit.

 

5.Sterilisasi dengan penyaringan

    Sterilisasi  larutan  yang  labil  terhadap  panassering  dilakukan  dengan  penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandungnyadapat dipisahkan secara fisika. Perangkat  penyaring  umumnya  terdiri  dari  suatu  matriks  berpori  bertutup  kedap  atau dirangkaikan  pada  wadah  yang  tidak  permeable.

    Efektivitas  penyaring  media  atau penyaring  subtrat  tergantung  pada  ukuran  pori  matriks, daya  adsorpsi  bakteri  dari matriks dan mekanisme pengayakan.Penyaring  yang  melepas  serat,  terutama   yang  mengandung  asbes  harus  dihindari penggunaannya  kecuali  tidak  ada  penyaringan  alternatif    lain  yang  mungkin  bisa digunakan. Ukuran  porositas  minimal  membran  matriks  tersebut  berkisar  0,2 mm –0,45 mm tergantung  pada  bakteri  apa  yang  hendak  disaring.  Penyaring  yang  tersedia  saat  ini adalah selulosa  asetat,  selulosa  nitrat,  flourokarbonat,  polimer  akrilik,  polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil nilon, potef dan juga membran logam.

 

6.Sterilisasi dengan cara aseptic

     Proses  ini  untuk  mencegah  masuknya  mikroba  hidup  ke  dalam  komponen  steril    atau komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi atau produk ruahan atau komponennya  bebas dari mikroba hidup.

 

 

1.3 Alat dan bahan

  • 1   Tabung reaksi
  • 2.      Erlenmeyer
  • 3.      Cawan petri
  • 4.      Koran/ alumunium foil
  • 5.      Autoklaf
  • 6.      Jarum ose
  • 7.      Air
  • 8.       Gelas ukur (sedang)


1.4 Prosedur percobaan

1.      Siapkan alat yang ingin di steriisasikan.

2.      Cek dahulu volume air dalam autoklaf, pastikan tinggi air pada batas yang ditentukan.

3.    Bungkus semua alat yang ingin disterilisasikan dengan menggunakan koran atau alumunium foil, usahakan jangan sampai masih ada celah udara yang masuk.

4.      Masukkan alat yang telah dibungkus tadi ke dalam autoklaf.

5.      Tutup autoklaf dengan rapat dan kencang agar uap tidak keluar.

6.    Nyalakan autoklaf,lalu atur timer minimal 15 menit dengan suhu 120 derajat celcius dengan tekanan 1 ATM.

7.  Tunggu air sampai mendidih untuk menciptakan uap yang memenuhi kompartemen dan terdesak keluar dari klep pengaman.

8.  Jika alarm berbunyi,tandanya selesai tunggu tekanan dalam kompartemen turun sehingga tekanannya sama dengan udara di lingkungan.

9.     Angkatlah alat yang ada di dalam autoklaf, letakkan diatas meja yang telah disemprot dengan alkohol.

10.  Bukalah satu persatu alat yang dibungkus.jika alat sterilisasi itu tidak terdapat uap air maka sterilisasi tersebut berhasil, lalu alat tersebut siap digunakan.

 

 

 

 

Bab II

Pembahasan

2.1 Hasil

gambar

keterangan

 

 

      


 

 

 

 

 

Alat sebelum disterilkan

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

Proses pensterilan di dalam autoklaf

 


 

 

 

 

 

Alat sesudah disterilkan

 

2.2 Pembahasan

    Mikroorganisme dapat dikendalikan yaitu dihambat atau dimatikan dengan menggunakan berbagai proses. Salah satu metode paling efektif untuk mematikan 3 mikroorganisme dengan menggunakan suhu tinggi. Ada 2 metode pengaplikasian suhu tinggi yang sering digunakan yaitu panas lembab/basah dan panas kering. Panas lembab mematikan mikroorganisme jauh lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan panas kering. Diperlukan waktu 4 sampai 20 menit untuk mematikan spora Clostridium botulinum bila menggunakan panas lembab suhu 120°C, sedangkan dengan panas kering pada suhu yang sama diperlukan waktu 2 jam (Pelezar dan Chan, 1988).

     Salah satu teknik sterilisasi yang umum digunakan adalah metode sterilisasi menggunakan uap air panas bertekanan atau menggunakan prinsip kerja autoclave. Autoklaf merupakan alat sterilisasi yang menggunakan panas basah bertekanan. Cara sterilisasi ini sangat efektif karena menyediakan suhu jauh diatas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan menghasilkan kelembaban yang tinggi sehingga dapat membunuh bakteri berspora. Suhu efektifnya adalah 121°C pada tekanan 5 kg/cm² dengan waktu standar 15 menit (Rachdie, 2006).

 


             a.       Gambar autoklaf

. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 121o C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121o C atau 249,8 o F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100o C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 121o C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl,  maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121o C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121o C dan tekanan 15 psi selama 15 menit (Anneke, 2011).

   Pada percobaan kali ini metode sterilisasi yang dilakukan adalah Dengan uap air jenuh bertekanan tinggi (autoklaf). Cara ini memberikan jaminan sterilitas yang terbaik untuk alat-alat atau bahan-bahan yang disterilkan. Daya penyeterilan dengan cara ini tergantung pada sifat-sifat uap air jenuh dan kering, di antaranya: Suhu tinggi, jumlah kalor laten yang besar, kesanggupan pembentukan air embun, kontraksi volume.

    Pada sterilisasi dengan cara ini selalu diusahakan agar uap air tidak bercampur dengan udara karena kapasitas kalor udara sangat kecil sehingga apabila tercampur kapasitas campuran tersebut akan menjadi kecil pula. Di samping itu, kadar air (kelembapan) juga akan menurun jika bercampur dengan udara, jadi semata-mata bukan karena menurunnya suhu saja. Manfaat uap air dalam cara sterilisasi ini hanya tampak apabila uap air kontak langsung dengan bahan/alat yang akan disterilkan. Masalah utama pada pemakaian autoklaf adalah: pembuangan udara, terjadinya panas yang berlebihan (superheat), bahan yang disterilkan menjadi basah dan kemungkinan terjadinya kerusakan bahan.Sebaiknya praktikan hati-hati dalam menggunakan autoklaf karena tangan bisa terbakar.Sehingg dalam praktikum harus hati-hati dalam menggunakan autoklaf untuk menghindari kecelakaan dalam praktikum.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab III

Kesimpulan  dan Saran

 

A.    Kesimpulan

  • 1.     Dalam mensterilkan alat laboratorium terdapat enam metode yaitu,sterilisasi dengan pemanasan secara kering,sterilisasi dengan pemanasan secara basah,sterilisasi degan penambahan zat tertentu ,sterilisasi dengan gas,sterilisasi dengan penyinaran,sterilisasi dengan memakai penyaring bakteri.tetapi dalam praktikum ini praktikan mensterilisasikan dengan cara panas kering.
  • 2.    Hal yang harus diperhatikan dalam sterilisasi yaitu jenis alat yang akandisterilisasikan terbuat dari bahan yang berbeda-beda. Karena dalam sterilisasifisik harus memperhatikan ketahanan fisik peralatan terhadap proses sterilisasiserta kebersihan pengguna alat mikrobiologi.

B.     Saran

  • 1.    Sebaiknya saat praktikum praktikan memeriksa dengan teliti,menjaga kebersihan dan mengikuti langkah-langkah pensterilan dengan teliti agar alat-alat tidak terkontaminasi mikroorganisme.
  • 2.      Sebaiknya praktikan hati-hati dalam menggunakan autoklaf karena tangan bisa terbakar.
  • 3.    Sebaiknya dalam praktikum praktikan memegang alat laboratorium dengan  hati – hati karena jika alat pecah  atau rusak praktikan bisa terluka.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Haryanti, Wiworo, Hidayati Siti, and H. Bakri Maria. "Panci Tekan Sebagai Alat Sterilisasi

     Alternatif Pengganti Autoklaf." Jurnal Teknologi Kesehatan 3.3 (2007).

MA'AT, Suprapto. Sterilisasi dan disinfeksi. Airlangga University Press, 2009.

 

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

     Jakarta.1112- 1116.

 

Anonim.1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

    Jakarta.18.

 

Sundari, Siti, and Mufrod Mufrod. "Formulasi Kloramfenikol Tetes Mata dengan DerivSelulosa, Pengaruh Sterilisasi terhadap Viskositas." (1992). 

 

 

 

 

 

 

            NAMA                       : SARI SURYA GUMA SRI

NPM                          : F0I020056

KELAS                       :  1B

NAMA DOSEN        : SUCI RAHMAWATI, M.Farm, Apt.

           

 

                                                               

 

 

 

 

 

               PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

 

 

 

 

Bab 1

Pendahuluan

 

1.1 .Tujuan praktikum

1.     Untuk mengetahui beberapa metode sterilisasi alat dan bahan yang digunakandalam pengamatan mikrobiologis.

2.     Untuk mengetahui dan memahami hal-hal penting yang harus diperhatikansebelum dan sesudah melakukan sterilisasi peralatan.

 

1.2 Landasan teori

    Mikrobiologi merupakan cabang dari biologi pada umumnya. Secara pengertian mikro biologi tidak jauh berbeda dengan biologi itu sendiri, hanya sajakata ‘’mikro’’ yang melekat pada mikrobiologi menimbulkan pengertian terhadaporganisme yang memiliki ukuran kecil atau mikroskopi. Mikroba adalah jasadhidup yang ukurannya kecil sering disebut mikroorganisme atau jasad renik.Pengertian alat dan sterilisasi merupakan hal mendasar yang harus diketahui dandikuasai karena penting dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan mikrobiologiselanjutnya. Obyek yang terbebas dari mikroba disebut dengan steril.

          Sterilisasi sangat diutamakan baik alat-alat yang siap pakai maupun medianya.Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan alat-alat dan bahan- bahan dari segala macam bentuk kehidupan, terutama mikroba, sehinggadalam sterilisasi nanti alat-alat tidak terkontaminasi dengan pihak luar. Olehkarena itu, bagi seorang pemula di bidang mikrobiologi sangat perlu mengenalteknik sterilisasi karena merupakan dasar-dasar kerja dalam laboratoriummikrobiologi. Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam labmikrobiologi. Dalam melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agarsterilisasi dapat dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganismelain yang mengkontaminasi media.

       Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentukkehidupan mikroba, termasuk spora,padapermukaanbendamati.Prosesnyadapat berupa pemanasan, pemberian zat kimia, radiasi, atau filtrasi (Gruendemann danFernsebner, 2006).

        Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikansemua mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya dikombinasidengan pengemasan hermetis untuk mencegah kontaminasi ulang. Yang dimaksud pengemasan hermetis adalah pengemasan yang sangat rapat, sehingga tidak dapatditembus oleh mikroorganisme, air, ataupun udara (Purnawijayanti, 2001).

       Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada suhu 211 derajat C selama beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan adalah memusnahkan bakteri patogen dan spora bakteri elostridium bolulinum yang berbahaya. Metodesterilisasi yang paling umum dilakukan adalah menggunakan kaleng atau kemasantetra pack (Yuyun dan Gunaisa, 2011).

       Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses denganmetode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yangtidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasicukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan sertakebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya tetap menjagakualitas hasil sterilisasi. Kualitas hasil sterilisasi peralatan medis perlu dijaga terus mengingat risiko kontaminasi kembali saat penyimpanan dan terutama pada saatakan digunakan dalam tindakan medis (Darmadi, 2008).

        Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan cara fisik maupun kimia. Metodefisik didasarkan pada tindakan pemanasan (proses autoclaving, sterilisasi ternalkering atau sterilisasi ternal basah), iradiasi (irradiasi-ƴ), atau pada pemisahan secara mekanis melalui filtrasi. Cara kimia mencakup sterilisasi gas dengan etilenoksida atau gas lainnya dan menyampurkan agens pensteril (misalnyaglutalardehid) pada larutan desinfektan (Pruss,et al., 2002).

 Cara - Cara Sterilisasi Menurut FI.ed.IV.

 

1. Sterilisasi uap

    Sterilisasi uap dalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah tekanan selama 15  menit  pada  suhu  121 derajat celcius, kecuali  dinyatakan  lain, berlangsung  di  suatu  bejana  yang disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak dilakukan. Sterilisasi  cara  ini  menggunakan  suatu  siklus  autoklaf  yang  ditetapkan  dalam  farmakope  untuk  media  atau  pereaksi  adalah  selama  15  menit  pada  suhu  1210,  kecuali  dinyatakan lain.

     Disebut otoklaf,  yaitu suatu panci logam  yang kuat  dengan tutup  yang berat, mempunyai lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer, pengatur tekanan udara, klep pengaman. Otoklaf  dipanaskan,  ventilasi  dibuka  untuk  membiarkan  udara  keluar.  Pengusiran  udara  pada  otoklaf  berdinding  dua,  uap  air  masuk  dari  bagian  atas  dan  udara  keluar  dari  bagian bawah  yang  dapat  ditunjukkan  pada  gelembung  yang  keluar  dari  ujung  pipa  karet  dalam air. Setelah udara bersih, bahan yang akan disterilkan dimasukkan sebelum air mendidih, tutup otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik sesuai dengan yang dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil. Setelah  sterilisasi  selesai,  otoklaf  dibiarkan  dingin  hingga  tekanannya  sama  dengan tekanan atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding dengan pemanasan basah yang lain, karena suhunya lebih tinggi.

Bahan / alat yang dapat disterilkan :

Alat pembalut, kertas saring, alat gelas ( buret, labu ukur ) dan banyak obat-obat tertentu.

 

2. Sterilisasi panas kering

Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara yang

dipanaskan  dan  disaring.  Rentang  suhu  khas  yang  dapat  diterima  di  dalam  bejana sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15derajat celsius, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250 derajat Celsius.

 

3. Sterilisasi gas

    Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini sebagai alternatif dari sterilisasi termal, jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau panas kering. Proses sterilisasinya berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada otoklaf   dengan   modifikasi   tertentu. Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas inert, tetapi   keburukan   gas   etilen   oksida   ini   adalah   sangat   mudah   terbakar,   bersifat mutagenik,  kemungkinan  meninggalkan  residu  toksik  di  dalam  bahan  yang  disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida. Salah   satu keterbatasan   utama   dari   proses sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari produk yang disterilkan.

 

4.Sterilisasi denga radiasi ion

    Ada  dua  jenis  radiasi  ion  yang  digunakan  yaitu disintegrasi  radioaktif dariradioisotop (radiasi   gamma)   dan radiasi   berkas   elektron.   Pada   kedua   jenis   ini,   dosis   yang menghasilkan  derajat  jaminan  sterilitas  yang  diperlukan  harus  ditetapkan  sedemikian rupa  hingga  dalam  rentang  satuan  dosisminimum  dan  maksimum,  sifat  bahan  yang disterilkan dapat diterima. Walaupun berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad)  radiasi  yang  diserap,  tetapi  dalam  beberapa  hal,  diinginkan  dan  dapat diterima penggunaan  dosis  yang  lebih  rendah  untuk  peralatan,  bahan  obat  dan  bentuk  sediaan akhir. Cara  ini  dilakukan  jika  bahan  yang  disterilkan  tidak  tahan  terhadap  sterilisasi  panas dan   khawatir   tentang   keamanan   etilen   oksida. Keunggulan   sterilisasi   ini adalah reaktivitas   kimia   rendah,   residu   rendah   yangdapat   diukur   serta   variabel   yang dikendalikan lebih sedikit.

 

5.Sterilisasi dengan penyaringan

    Sterilisasi  larutan  yang  labil  terhadap  panassering  dilakukan  dengan  penyaringan

menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandungnya

dapat dipisahkan secara fisika. Perangkat  penyaring  umumnya  terdiri  dari  suatu  matriks  berpori  bertutup  kedap  atau dirangkaikan  pada  wadah  yang  tidak  permeable.

    Efektivitas  penyaring  media  atau penyaring  subtrat  tergantung  pada  ukuran  pori  matriks, daya  adsorpsi  bakteri  dari matriks dan mekanisme pengayakan.Penyaring  yang  melepas  serat,  terutama   yang  mengandung  asbes  harus  dihindari penggunaannya  kecuali  tidak  ada  penyaringan  alternatif    lain  yang  mungkin  bisa digunakan. Ukuran  porositas  minimal  membran  matriks  tersebut  berkisar  0,2 mm –0,45 mm tergantung  pada  bakteri  apa  yang  hendak  disaring.  Penyaring  yang  tersedia  saat  ini adalah selulosa  asetat,  selulosa  nitrat,  flourokarbonat,  polimer  akrilik,  polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil nilon, potef dan juga membran logam.

 

 

 

6.Sterilisasi dengan cara aseptic

     Proses  ini  untuk  mencegah  masuknya  mikroba  hidup  ke  dalam  komponen  steril    atau komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi atau produk ruahan atau komponennya  bebas dari mikroba hidup.

 

 

1.3 Alat dan bahan

1.      Tabung reaksi

2.      Erlenmeyer

3.      Cawan petri

4.      Koran/ alumunium foil

5.      Autoklaf

6.      Jarum ose

7.      Air

8.       Gelas ukur (sedang)

1.4 Prosedur percobaan

1.      Siapkan alat yang ingin di steriisasikan.

2.      Cek dahulu volume air dalam autoklaf, pastikan tinggi air pada batas yang ditentukan.

3.      Bungkus semua alat yang ingin disterilisasikan dengan menggunakan koran atau alumunium foil, usahakan jangan sampai masih ada celah udara yang masuk.

4.      Masukkan alat yang telah dibungkus tadi ke dalam autoklaf.

5.      Tutup autoklaf dengan rapat dan kencang agar uap tidak keluar.

6.      Nyalakan autoklaf,lalu atur timer minimal 15 menit dengan suhu 120 derajat celcius dengan tekanan 1 ATM.

7.      Tunggu air sampai mendidih untuk menciptakan uap yang memenuhi kompartemen dan terdesak keluar dari klep pengaman.

8.      Jika alarm berbunyi,tandanya selesai tunggu tekanan dalam kompartemen turun sehingga tekanannya sama dengan udara di lingkungan.

9.      Angkatlah alat yang ada di dalam autoklaf, letakkan diatas meja yang telah disemprot dengan alkohol.

10.  Bukalah satu persatu alat yang dibungkus.jika alat sterilisasi itu tidak terdapat uap air maka sterilisasi tersebut berhasil, lalu alat tersebut siap digunakan.

 

 

 

 

Bab II

Pembahasan

2.1 Hasil

gambar

keterangan

 

 

      

 

 

 

 

 

Alat sebelum disterilkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Proses pensterlan di dalam autoklaf

 

 

 

 

 

 

Alat sesudah disterilkan

 

2.2 Pembahasan

    Mikroorganisme dapat dikendalikan yaitu dihambat atau dimatikan dengan menggunakan berbagai proses. Salah satu metode paling efektif untuk mematikan 3 mikroorganisme dengan menggunakan suhu tinggi. Ada 2 metode pengaplikasian suhu tinggi yang sering digunakan yaitu panas lembab/basah dan panas kering. Panas lembab mematikan mikroorganisme jauh lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan panas kering. Diperlukan waktu 4 sampai 20 menit untuk mematikan spora Clostridium botulinum bila menggunakan panas lembab suhu 120°C, sedangkan dengan panas kering pada suhu yang sama diperlukan waktu 2 jam (Pelezar dan Chan, 1988).

     Salah satu teknik sterilisasi yang umum digunakan adalah metode sterilisasi menggunakan uap air panas bertekanan atau menggunakan prinsip kerja autoclave. Autoklaf merupakan alat sterilisasi yang menggunakan panas basah bertekanan. Cara sterilisasi ini sangat efektif karena menyediakan suhu jauh diatas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan menghasilkan kelembaban yang tinggi sehingga dapat membunuh bakteri berspora. Suhu efektifnya adalah 121°C pada tekanan 5 kg/cm² dengan waktu standar 15 menit (Rachdie, 2006).

 

Description: Autoclave- definition, parts, principle, procedure, types, uses

a.       Gambar autoklaf

. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 121o C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121o C atau 249,8 o F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100o C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 121o C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl,  maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121o C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121o C dan tekanan 15 psi selama 15 menit (Anneke, 2011).

   Pada percobaan kali ini metode sterilisasi yang dilakukan adalah Dengan uap air jenuh bertekanan tinggi (autoklaf). Cara ini memberikan jaminan sterilitas yang terbaik untuk alat-alat atau bahan-bahan yang disterilkan. Daya penyeterilan dengan cara ini tergantung pada sifat-sifat uap air jenuh dan kering, di antaranya: Suhu tinggi, jumlah kalor laten yang besar, kesanggupan pembentukan air embun, kontraksi volume.

    Pada sterilisasi dengan cara ini selalu diusahakan agar uap air tidak bercampur dengan udara karena kapasitas kalor udara sangat kecil sehingga apabila tercampur kapasitas campuran tersebut akan menjadi kecil pula. Di samping itu, kadar air (kelembapan) juga akan menurun jika bercampur dengan udara, jadi semata-mata bukan karena menurunnya suhu saja. Manfaat uap air dalam cara sterilisasi ini hanya tampak apabila uap air kontak langsung dengan bahan/alat yang akan disterilkan. Masalah utama pada pemakaian autoklaf adalah: pembuangan udara, terjadinya panas yang berlebihan (superheat), bahan yang disterilkan menjadi basah dan kemungkinan terjadinya kerusakan bahan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab III

Kesimpulan  dan Saran

 

A.    Kesimpulan

1.      .Dalam mensterilkan alat laboratorium terdapat enam metode yaitu,sterilisasi dengan pemanasan secara kering,sterilisasi dengan pemanasan secara basah,sterilisasi degan penambahan zat tertentu ,sterilisasi dengan gas,sterilisasi dengan penyinaran,sterilisasi dengan memakai penyaring bakteri.tetapi dalam praktikum ini praktikan mensterilisasikan dengan cara panas kering.

2.      Hal yang harus diperhatikan dalam sterilisasi yaitu jenis alat yang akandisterilisasikan terbuat dari bahan yang berbeda-beda. Karena dalam sterilisasifisik harus memperhatikan ketahanan fisik peralatan terhadap proses sterilisasiserta kebersihan pengguna alat mikrobiologi

B.     Saran

1.      Sebaiknya saat praktikum praktikan memeriksa dengan teliti,menjaga kebersihan dan mengikuti langkah-langkah pensterilan dengan teliti agar alat-alat tidak terkontaminasi mikroorganisme.

2.      Sebaiknya praktikan hati-hati dalam menggunakan autoklaf karena tangan bisa terbakar.

3.      Sebaiknya dalam praktikum praktikan memegang alat laboratorium dengan  hati – hati karena jika alat pecah  atau rusak praktikan bisa terluka.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Haryanti, Wiworo, Hidayati Siti, and H. Bakri Maria. "Panci Tekan Sebagai Alat Sterilisasi

     Alternatif Pengganti Autoklaf." Jurnal Teknologi Kesehatan 3.3 (2007).

MA'AT, Suprapto. Sterilisasi dan disinfeksi. Airlangga University Press, 2009.

 

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

     Jakarta.1112- 1116.

 

Anonim.1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

    Jakarta.18.

 

Sundari, Siti, and Mufrod Mufrod. "Formulasi Kloramfenikol Tetes Mata dengan Derivat

    Selulosa, Pengaruh Sterilisasi terhadap Viskositas." (1992).

Komentar

Postingan Populer